Doramatalk Ep.10: Perempuan dan Dorama

Sunday, April 3, 2022


Akhirnya bisa kembali post Doramatalk setelah sebulan lalu menghilang dulu. Ada yang nyariin enggak wkwkwk.

Dan wah, Doramatalk udah sampai episode 10 nih! 😆

Karena di bulan Maret ada International Women Day (iya harusnya dipost bulan Maret emang maafkan wkwk) jadi untuk Doramatalk kali ini, aku dan Hicha bakal bahas tentang perempuan-perempuan dalam dorama.

Salah satu hal yang bikin aku betah nonton dorama adalah karena di dorama, sering banget nampilin karakter-karakter perempuan yang keren. Keren buat aku, artinya adalah karakter yang ditulis dengan sangat bagus, punya kepribadian dan character development, bukan cuma sebagai eye candy.

Di kebanyakan dorama yang kutonton, karakter-karakter perempuannya tuh digambarkan sebagai orang yang mandiri, pekerja keras, passionate sama apa yang mereka jalankan, dan enggak butuh validasi laki-laki untuk membuat karakter mereka jadi menarik. Malah enggak jarang juga ketemu sama karakter perempuan yang digambarkan lebih cerdas dan lebih kuat dari karakter laki-laki atau dari love interest mereka di doramanya.

Sebagai perempuan tentu lebih seneng lihat karakter yang begini kan, kadang juga bisa bikin kita merasa terwakilkan suara dan perasaannya.

Oh iya karakter perempuan keren buat aku tuh bukan cuma yang badass atau pembawaannya cool juga yaa… Kadang karakter-karakter perempuan di dorama juga digambarin sebagai karakter yang sangat feminin tapi tanpa mengdiskreditkan kefemininan mereka.

Kayak misalnya, perempuan boleh kok jadi lemah lembut, mendambakan cinta, atau cengeng, tapi bukan berarti mereka tuh enggak kuat dan enggak punya value lain untuk dilihat selain sifat-sifat yang katanya sangat feminin tadi.

Lagian there's nothing wrong for being feminine kan?

Dan di dorama juga enggak jarang lho ketemu karakter laki-laki yang bisa nangis all out waktu udah capek digempur masalah. And that’s another plus point juga buat aku jadi suka banget sama dorama. Kapan-kapan bahas juga deh, karakter laki-laki yang lembut tapi enggak berarti dia enggak manly sama sekali.

Selain itu, Jepang tuh punya drama pagi yang disebut asadora, dan walaupun aku belum pernah nonton asadora satupun (karena mempertimbangkan episodenya yang banyak), dari yang aku baca-baca, hampir di setiap asadora tuh menampilkan tokoh utamanya perempuan. Cuma beberapa yang tokoh utamanya laki-laki deh, kayaknya

Biasanya menceritakan perjalanan mereka dari anak-anak sampai dewasa (atau malah sampai tua). Kayak perjalanan mencapai cita-cita, atau bisa sampai jadi inspirasi untuk perempuan-perempuan lainnya.

Beberapa judul asadora yang udah menarik perhatianku karena karakter perempuannya yang keren: Natsuzora, Mare, Okaeri Mone, Totto Neechan… tapi beneran harus ngumpulin niat karena episodenya mencapai ratusan walaupun durasi per-episode cuma 15 menit 😭

Nah, sekarang aku mau kasih tahu niih siapa aja karakter-karakter perempuan favorit aku dari dorama.


Misumi Mikoto dari Unnatural (2018)

Dulu, selama nonton Unnatural, enggak ada habisnya aku dibikin bertepuk tangan sama betapa kerennya Misumi Mikoto ini. Dan aku jadi suka banget sama Ishihara Satomi tuh yaa karena Unnatural.

Seorang ahli patologi (dokter forensik) yang sudah sangat berpengalaman. Tentu dia sering banget diremehin sama laki-laki di sekitaran bidang pekerjaannya cuma karena wujudnya seorang perempuan. Tapi berkali-kali juga dia sukses menskakmat para laki-laki yang ngeremehin dia dengan kecerdasannya.

Di episode satu aja dia udah bikin aku tepuk tangan karena berani langsung memutuskan untuk milih pekerjaan atau pacarnya waktu sama pacarnya diminta untuk berhenti kerja sebagai ahli forensik supaya mereka lebih banyak waktu bersama saking sibuknya Mikoto.

Mon maap nih mas, kalau mbak Mikoto berhenti kerja emang masnya bisa menjamin nanti hidup mbak Mikoto bisa tetap bahagia wkwkwk 😌

Dan ada satu episode dua di mana kesaksian dia diremehin sama seorang ahli forensik senior karena yaa dia perempuan dan biasanya perempuan itu bertindak berdasarkan emosinya.

Lagi-lagi Mikoto berhasil menskakmat si bapak dengan ilmu dan bukti yang dia punya, sekalian ngasih tahu kalau enggak ada yang salah juga dengan perempuan yang memakai emosinya 👏👏👏

Dan karakternya Mikoto ini bukan yang dingin dan selalu serius. Dia ceria dan suka bercanda juga, even sambil membelek mayat pun wkwkwk. Dan kayaknya perpaduan sifatnya ini juga yang bikin Kube Rokuro, anak magang di kantornya jadi naksir sama dia wkwkwk.



Aoyagi Koharu dari Woman – My Life For My Children (2013)

Dorama yang bikin aku mewek sepanjang 11 episodenya karena yaa dari judul aja kebayang enggak sih? Wkwkwk.

Menceritakan Aoyagi Koharu (Mitsushima Hikari) yang tiba-tiba harus jadi single mother dengan dua orang anak setelah suaminya meninggal karena kecelakaan. Bayangin aja perjuangan seorang ibu dengan dua anak yang masih kecil-kecil (dan bahkan pas suaminya meninggal tuh anak keduanya masih di dalem perut) gimana enggak bikin mewek kan 😭

Ini salah satu karakter perempuan yang banyak nangis tapi sama sekali enggak bikin karakternya jadi nyebelin dan terlihat lemah. Justru yaa tiap lihat dia nangis kayak pengin semangatin “ayo bu, kamu bisa bu.”

Aneh malah kalau dengan cobaan kayak gitu dia dibikin selalu tegar tanpa keluar air mata sedikitpun wkwk.

Koharu juga enggak denial dan sok kuat sama keadaannya. Waktu ibunya (yang udah ninggalin dia selama dua puluh tahun) tiba-tiba muncul dan ingin mensupport hidupnya, dia enggak sok nolak demi harga diri. Walaupun dalam hati masih ada kebencian ke ibunya karena dulu ninggalin dia dan ayahnya sama laki-laki lain, tapi dia mau terima bantuan ibunya demi anak-anaknya. Karena dia tahu, kalau dia berjuang sendirian, mau jungkir balik gimanapun tetap enggak bisa ngasih yang terbaik buat anak-anaknya.

Di episode berapa yaa aku lupa, yang aku beneran mewek pas dia kayak udah capek banget terus nangis. Terus Nozomi, anaknya yang besar, nanya mama kenapa dan dia cuma jawab “aku mau ketemu Shin-san (suaminya)” terus si anak langsung manggil-manggil papanya kenapa enggak muncul ini mama nangis.

Yaa mamanya makin nangis lah yaa. Buseeet gimana air mata enggak ngalir deres kaan nontonnya 😭😭😭



Sugishita Nozomi dari N no Tame ni (2014)

Sugishita Nozomi (Eikura Nana) adalah gambaran perempuan luar biasa kuat sesungguhnya wkwk. Bayangin, sebagai anak orang paling kaya di desa, tiba-tiba harus kehilangan segalanya gara-gara si bapak yang tiba-tiba bawa selingkuhannya ke rumah dan ngusir dia, ibu dan adiknya.

Dari yang sebelumnya tinggal di rumah mewah, harus tinggal di rumah kecil yang udah reyot mana jauh pula dari kota. Juga terancam enggak bisa melanjutkan pendidikan karena menurut ayahnya “yaa enggak perlu lah kamu kuliah” dan ditambah capek menghadapi ibunya yang denial kalau dia dibuang suaminya 😤

Nozomi bertekad buat ninggalin desanya, ninggalin semuanya dan memulai kehidupan yang sama sekali baru di Tokyo setelah lulus SMA dan enggak bakal kembali lagi ke desa. Sayangnya perjalanannya juga enggak bakal mulus.

Aku enggak banyak nangis nonton N no Tame ni, justru selalu pengin meluk dan nyuruh Nozomi istirahat karena sepanjang nonton tuh kayak capeeek banget lihat dia struggling. Kayak masalah dalam hidupnya tuh enggak ada habis-habisnya gitu bahkan sampai udah ke episode terakhir pun!

Tapi dia luar biasa banget bisa kuat jalaninnya, berbekal tekad. Dia yakin sama dirinya sendiri dan terus mensugesti kalau dia harus bisa lepas dari desa supaya bisa hidup lebih baik.

Nozomi tuh tipe orang yang enggak pengin orang lain lihat kalau dia lemah atau rapuh. Pokoknya di depan semua orang, dia enggak boleh kelihatan hopeless. Udah gitu dia masih mikirin orang lain pula!

Dan yang aku suka, dia berhasil membuktikan kalau dia beneran bisa maju dengan usahanya sendiri setelah lepas dari lingkungan yang menghambat dan seolah melarang dia buat maju. Walaupun ujungnya takdir juga mengkhianati dia.

Di sinilah dia akhirnya belajar kalau mau sekuat dan berusaha gimanapun, dia tetap enggak bisa bener-bener hidup sendirian.



Kono Etsuko dari Pretty Proofreader (2017)

Ini yang aku bilang tadi, karakter yang tidak tampak badass dan cool, tapi tetap keren dengan segala sifat feminin yang dia punya 💃

Kono Etsuko (Ishihara Satomi) bercita-cita menjadi fashion editor, bekerja di editorial majalah fashion favoritnya sejak remaja. Dan dia bener-bener seniat itu karena setiap tahun (selama 10 tahun) selalu ikut interview yang dibuka oleh penerbitan majalah favoritnya itu.

Walaupun pada akhirnya dia nyasar di tim proofreading, yang sangat berbeda pekerjaan dan nuansanya sama editorial fashion, dia tetap enggak menyerah dan belajar buat menyukai pekerjaan yang tadinya sama sekali enggak dia mengerti.

Malah Etsuko bisa bawa pengaruh buat rekan-rekan kerja dan suasana divisinya yang sebelumnya terlalu serius jadi lebih berwarna 😆

Etsuko tuh selalu all out dalam berpakaian karena kecintaannya pada dunia fashion. Dia juga kelihatan passionate banget, hapal semua isi dari majalah favoritnya (bahkan orang yang kerja di sana pun enggak sehapal dia 😌). Dan pas kemudian dia jadi bagian dari proofread pun dia juga passionate, enggak yang langsung loyo karena kerjaannya enggak sesuai sama impiannya.

Ada satu adegan di mana Etsuko ikutan goukon (semacam kencan buta tapi berkelompok gitu), terus dia kayak dikasih tahu kalau laki-laki tuh biasanya kurang suka sama perempuan yang kelihatan lebih pinter, mereka lebih suka perempuan yang terpesona sama kecemerlangan mereka gitu.

Sementara pas Etsuko bilang dia suka fashion, cowok-cowok itu malah kayak ngeremehin dengan bilang “yaa cewek kan emang sukanya fashion, make up blablabla~” terus akhirnya sama Etsuko (dengan cara ngomong dibikin se-cute mungkin) diskakmat lah cowok-cowok itu dengan ngomongin trivia tentang hal kesukaan para cowok 😂😂

Lagian suka aneh kan cowok-cowok mah. Enggak suka outshined sama perempuan yang lebih pintar dari mereka, tapi juga ngeremehin cewek sukanya cuma make up dan baju-baju bagus. Hadeeeh… 😤😤



Kamata Rinko dari Tokyo Tarareba Musume (2017)

Di umur 30an, Kamata Rinko (Yoshitaka Yuriko) merasa hidupnya enggak berjalan sesuai harapannya. Enggak punya pacar apalagi suami, pekerjaannya juga enggak berjalan sebagaimana harapannya.

Rinko mulai menyesali keputusan-keputusan yang dia ambil waktu umurnya masih jauh lebih muda, salah satunya adalah menolak cinta Hayasaka yang waktu itu dia anggap culun dan enggak keren 😆 Sementara setelah delapan tahun berlalu, Rinko yang udah dewasa malah kagum melihat Hayasaka yang udah jadi produser dorama cemerlang (walaupun tampilannya masih culun wk).

Belum lagi ketika pekerjaannya sebagai penulis skenario untuk dorama malah diambil sama orang yang lebih muda karena sutradaranya merasa tulisan Rinko mulai enggak relate sama perempuan-perempuan muda saat ini. Rinko merasa di umurnya yang sudah mencapai 30an, dia enggak lagi menarik (walaupun bohong banget yaa kayak Yoshitaka Yuriko enggak terlihat menarik 😝). Bukan cuma dari fisik, bahkan isi kepalanya juga.

Aku belum lama kenalnya tapi suka banget (walaupun kadang suka ingin nabok juga) sama Rinko—juga kedua sahabatnya, Kaori dan Koyuki.

Tokyo Tarareba Musume sendiri adalah dorama yang menceritakan tentang struggling para perempuan di usia 30an, di mana saat teman-teman mereka mulai berkeluarga atau punya karir cemerlang, Rinko dan kedua sahabatnya masih merasa hidup mereka stuck di situ-situ saja. Mereka jadi suka berandai-andai kalau saja dulu mereka ambil jalan lain, mungkin hidup mereka bakal jauh lebih baik.

Dan karakternya Rinko juga real banget menurutku. Yaa mungkin karena aku juga berada di umur segitu dan dengan keadaannya yang mirip pula wkwkwk jadi berasa relate banget nontonnya.

Rinko enggak digambarin selalu beruntung atau selalu sial. Kayak kadang gantian aja ini tiga sahabat kadang yang satu lagi happy, yang lainnya lagi suram atau sebaliknya. Dan kadang mereka happy bareng-bareng, kadang mereka suram bareng-bareng juga.

Cerita ketiga perempuan ini asik banget memang, tapi aku sendiri merasa paling dekat sama Rinko (selain karena kisah cinta dia juga paling less scandal wkwk). Dan berkat nonton Tokyo Tarareba Musume ini juga aku jadi belajar untuk paham perasaan perempuan yang secara logika atau moral mungkin berseberangan sama aku.

Melihat persahabatan Rinko, Kaori dan Koyuki, aku jadi paham kalau orang bisa aja berbeda pandangan tapi bisa tetap saling menghargai. Toh masing-masing juga udah dewasa ini kan 🥰


🍀

Masih banyak sih sebenernya karakter perempuan-perempuan keren lainnya dari dorama yang aku suka. Tapi pusing juga kan kalau aku bahasnya kebanyakan wkwkwk (bilang aja males) 🙈🙈

Dan banyak pula dorama yang ceritanya memang di seputaran hidup dan struggling seorang perempuan dalam masyarakat. Kadang juga enggak perlu ada kehadiran love interest untuk cerita mereka bisa berjalan dan menginspirasi para penonton.

Kalau ada yang mau nonton, Tokyo Tarareba Musume dan Pretty Proofreader ada di Netflix, dan Unnatural ada di WeTV yaa... Dua sisanya belum tersedia di platform legal hehehe.

Oh ya setelah dibaca-baca siapa-siapa aja orang dibalik judul-judul dorama yang aku sebut di atas, empat dari lima judul dorama itu ditulis dan disutradarai juga oleh perempuan. Jadi yaa kejawab kenapa bisa bikin karakter-karakter perempuan yang keren-keren karena memang yang nulis juga tahu banget gimana jadi perempuan 🥺

Nah, karena pengetahuan aku tentang orang-orang dibalik dorama (such as screenwriter atau director) masih minim 🙈, jadi aku lebih banyak bahas soal karakter aja. Karena memang kebanyakan yang bikin aku betah nonton dorama (atau nonton apapun in general) yaa selalu karena karakternya yang ditulis dengan sangat bagus.

Kadang kalau dari awal udah ketemu karakter yang penulisannya enggak bagus, mau yang meranin aktor favoritku juga, aku suka drop aja wkwk karena kan males yaa ngikutin cerita tapi karakternya enggak enak buat diikutin gitu wkwkwk.

Nah, makanya jangan lupa baca Doramatalk-nya Hicha juga karena dia bakal bahas lebih lengkap beserta para kru perempuan yang terlibat dalam dorama.

Segini aja dulu Doramatalk dengan tema Perempuan dalam Dorama ini, sampai ketemu di topic selanjutnyaa~~

Selamat puasa bagi teman-teman yang berpuasaaa~ 🥰

eya.

8 comments

  1. Aak... aku suka banget scene Etsuko nge-skak mat cowok2 misoginis di gokon itu. Udah cocok banget lah Ishihara Satomi yang meranin. Bisaan gitu ganti karakter dari yg suaranya kawaii2 melengking kadang minta ditabok ke knowledgeable bersuara deep gitu. XD

    Wah... belum nonton My Life for My Children. Padahal aku naksir banget sama Mitsushima Hikari gara2 Wakamonotachi. Baiklah... langsung masuk list tontonan *yang entah kapan selesai wkwk*.

    Sayangnya di Engineering perempuannya dikit, jadi aku cuma punya sedikit referensi tentang cewek2 Jepang di dunia nyata. Yang jelas, sih, kebanyakan emang pada totalitas pada pilihannya. Salah satu yang bikin heran (sekaligus kagum), yg di dunia nyata malah make-upnya lebih ngartis daripada artis di dorama. wkwkwk.

    Totalitas dalam pekerjaan dalam dorama juga kayaknya sesuai realita, sih... terbukti dari ada beberapa anggota Takarazuka Revue yang memilih tidak memiliki pasangan supaya tetap bisa berkarir (kalau punya pacar atau menikah mereka harus keluar dari situ). Atau ada juga guru besar yang sekarang jadi kepala asosiasi keprofesiannya tingkat dunia yang juga memilih untuk tidak menikah seumur hidup.

    Dan setuju juga untuk karakter cowok2 di dorama, makin ke sini kulihat anak2 mudanya yg laki-laki makin manusiawi dan 'hangat', abisnya banyak beredar stereotyping kalau cowok Jepang itu dingin dan kurang menghargai perempuan. Kayaknya bagus juga ya kalau kapan2 kita bahas karakter2 cowok di dorama ;))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku tunggu postingan Kak Hicha dan Kak Eya untuk membahas soal stereotype cowok2 dorama Jepang, kayaknya bakalan seru juga hehehe.

      Aku yang masih newbie kepengin tau lebih banyak. Thank you kakak-kakak, aku dapat referensi banyak soal dorama ttg perempuan. Barusan juga melipir ke blognya Kak Hicha, menarik semua pembahasannya ;3. Terus aku kepikiran juga sama yang Kak Hicha bilang kalo nonton dorama jarang ngeliat adegan dengan emosi yang meledak-ledak. "Kebanyakan bermain di mata dan ekspresi yang subtle tapi ‘deep’ dan mengena". ehiya loh bener - aku kira, aku doang yang ngerasain hal ini kak wkwkwkk

      Delete
    2. Jago banget yaa emang Ishihara Satomi tuh switch antara suara kawaii dan beratnya wkwk. Di Unnatural juga kayak ada adegan begitu, walaupun ga yang kawaii kayak Etsuko, tapi suara bercandanya Mikoto terus switch jadi serius wkwk.

      Memang di Jepang sepertinya cukup biasa yaa kalau ada perempuan yang mutusin ga nikah dan lebih memilih pekerjaan. Karena kalau dipikir yaa udah bahagia sama pekerjaan yang ditekuni, terus harus berhenti karena nikah atau punya pacar, belum tentu nantinya bakal tetap bahagia kaan wkwkwk

      Boleh niih seru kayaknya kalau kita bahas karakter cowok di dorama kapan-kapan, kebayang yang dibahas yang kayak Morio, Aoki atau Haruto di Hana Nochi Hare di mana karakter utama tapi nasibnya kayak second lead 😂

      Delete
    3. Reka: Iyaa bener di dorama jarang yang emosinya keliatan meledak-ledak, cuma bermain ekspresi. Kadang nangis pun juga gitu, ga yang keliatan banget air mata ngucur tapi kita tau mereka lagi nangis wkwk.

      Delete
  2. Baca tulisan ini aku jadi mikir, sepertinya dorama juga punya daya tarik tersendiri. Tapi kenapa yaa K-drama lebih hype dan popular dibanding dorama?
    Kalau mau nonton dorama bingung ke mana. Kdrama kayaknya lebih mudah diakses ya, kayak via Netflix? Atau aku yg gatau dorama ada di mana?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener nih udah dijelasin sama Mba VR di bawah. Karena Jepang cuma menargetkan dorama untuk negaranya sendiri, memang ga ditargetkan buat di luar negeri. Jepang sendiri baru mulai terbuka sama platform kayak YouTube tahun 2019 lalu.

      Beberapa judul dorama ada di Netflix, VIU, WeTV dan bahkan ada juga di Disney+ Hotstar, cuma memang belum sebanyak Kdrama. Coba aja ketik Japan di search bar Netflix, lumayan banyak pilihan yang bisa ditonton 😊

      Delete

  3. Mau nandain penggemar dorama ah. 😁 Blog ini cakep must have read. Dadah dadah penggemar dorama. Duh banyak ketinggalan sudah banyak judul baru.
    Bantu jawabin mbak Mutiara, itu karena Korea menargetkan hiburan mereka internasional, Jepang nggak karena merasa pasar dalam negri sudah cukup. Korea untuk go internasional itu cukup habis-habisan termasuk bangun fanbase makanya lebih populer. Nerflux juga banyak dorama Jepang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo haloo sesama penggemar dorama 👋😆 seneng bangeeet kalau ketemu sesama fans dorama karena jaraaang wkwkwk. Sekarang udah cukup banyak dorama di Netflix yaa walaupun yang masuk sana kebanyakan judul-judul yang udah lewat 1-2 tahun atau bahkan lebih. Kemarin ada dua judul dorama on-going katanya mau masuk Disney+ tapi ternyata PHP wkwkwk katanya bakal masuk kalau di stasiun TV asalnya udah tamat 😂

      Delete