a glimpse of what I read in 2016 |
Kalau tahun lalu aku aku bikin postingan Series to Read in 2016, tahun ini aku enggak bikin list untuk itu karena terlalu banyak series yang pengin banget aku baca tahun depan. Lagian dari list kemarin yang terpenuhi cuma satu, jadi aku enggak mau deh PHP sama diri sendiri lagi tahun ini hahaha. Tapi senangnya, tahun ini reading challenge-ku di Goodreads berhasil dituntaskan, bahkan melibihi target awal yang aku bikin yeaay!
Tadinya aku cuma targetin 35 buku karena tahun lalu 40 buku enggak terpenuhi. Ternyata sampai bulan November, buku yang aku baca udah mencapai angka 35. Pas itu aku kepikiran, kayaknya bisa sih nyampe 40 buku di akhir tahun, jadi challenge-nya aku tambahin jadi 40 dan yeaay aku berhasil namatin 42 buku pada akhirnya! Senang! Enggak banyak sih, kalau dibanding teman-teman lainnya di Goodreads, tapi aku tetap senang hehehe.
Kalau diurutin dari bulan Januari, aku dibawa berpetualang sama Percy, Annabeth dan Grover ke Olympus, negeri para dewa dan dewi Yunani. Dan kemudian kenalan sama dewa-dewi Romawi juga lewat Jason Grace dan kru Argo II lainnya. Tahu enggak, aku berhasil menyelesaikan dua seriesnya Mr. Rick Riordan ditambah buku-buku pelengkap seriesnya tahun ini. Sebenarnya sih, aku udah pernah tahu petualangan Percy lewat dua filmnya, The Lightning Thief dan The Sea of Monster dan aku cukup suka dengan kedua film itu. Tapi setelah akhirnya aku memutuskan untuk baca bukunya, aku langsung kecewa sama filmnya yang plotnya dipangkas habis-habisan dari bukunya. Kabarnya sih, Mr. Riordan juga cukup kecewa dengan film-film yang diadaptasi dari buku-bukunya ini (maaf kalau misalnya aku salah baca sumber yaa).
Kenapa aku tersihir banget sama cerita dewa-dewi ala Mr. Riordan ini? Karena memang sejak awal aku cukup tertarik sama mitologi Yunani sih. Waktu kecil, aku suka banget nonton anime Saint Seiya dan pengin tahu serba-serbi tentang Yunani gara-gara itu. Percy dan teman-temannya berhasil ngajak aku kembali mengagumi mitologi Yunani. Selain itu cara bercerita Mr. Riordan juga asik banget, enggak kaku dan sangat menyenangkan. Enggak sedikit juga joke-nya yang bikin ngakak. Btw, aku udah nulis panjang lebar petualanganku bareng Percy, Jason dan kawan-kawannya dua kali. Pertama disini setelah baca Percy Jackson and The Olympians series, dan disini setelah baca The Heroes of Olympus series. Boleh dibaca-baca kalau penasaran hehehe.
Rick Riordan's book and my favorite female character from Argo II |
Dari Olympus, kita melipir sedikit ke kota kecil di Inggris, tempat tinggal Connor O'Malley dan monster pohon yew. Salah satu buku terbaik yang pernah aku baca seumur hidupku, A Monster Calls by Patrick Ness. Aku suka suka sukaaa banget sama buku ini (filmnya pun bagus banget lho). Cerita sederhana dengan makna yang dalem banget. Aku kayak yang benar-benar terseret dalam kehidupan Connor yang kebanyakan sedih dan kelam karena ibunya sakit. Aku udah tulis review-nya disini dan menyinggung sedikit soal aku yang ngabur ke kamar mandi kantor demi menyelesaikan buku ini, karena aku enggak mau ketahuan nangis sama orang-orang kantor huhu.
Kembali melipir sedikit dari Inggris, aku diajak ikut road trip sama Amy dan Roger dari California ke Connecticut diiringi lagu-lagu super keren. Yap, pertama kali baca cerita tentang road trip dan pertama kali juga baca karyanya Morgan Matson, sukaaaa. Walaupun terjemahannya banyak typo, tapi enggak masalah karena ceritanya sangat mengalir dan chemistry antara Amy dan Roger juga dapet banget. Oh ya, buku ini dilengkapi foto-foto, tiket, bon, dan list lagu sepanjang perjalanan mereka. Bikin tambah menarik kan? Selain itu, ceritanya sendiri juga memang menyentuh banget karena Amy dan Roger harus berdamai dengan masa lalu mereka supaya bisa menggapai masa depan yang lebih menyenangkan tsaah. Ah ya, buku ini juga bikin aku ketambahan isi playlist ahahah.
Nah, sekarang kembali dulu ke Indonesia untuk mengikuti cerita manis nan menegangkan dari para antihero ciptaannya Mbak Prisca Primasari. Meet Frea, Night dan Liquor: Robin Hood di masa kini dalam serial Love Theft yang kembali sukses bikin aku berdecak kagum sama Mbak Prisca. Aku selalu suka tulisan Mbak Prisca ngomong-ngomong. Oh ya, Love Theft yang pertama aku dapat dari giveaway di blognya Mbak Sulis, haha pertama kali dalam seumur hidup aku menang giveaway. Karena suka dengan ceritanya, jadi begitu buku kedua sekaligus terakhirnya rilis, aku langsung pesan tentu saja.
Aku juga jalan-jalan ke Surabaya Tempo Doeloe lewat buku Nawilla karangan Reda Gaudiamo. Ini buku tipis berisi cerita-cerita pendek tentang keseharian seorang gadis kecil bernama Nawilla atau biasa dipanggil Willa. Aku beli buku ini karena fotonya sering muncul di feed instagram-nya toko buku Post. Covernya sederhana banget tapi imut ngegemesin dan baca komen-komennya juga banyak yang bilang ceritanya bagus. Aku penasaran terus beli deh haha. Dan ceritanya sendiri memang sangat sangat menggemaskan lho! Banyak mengingatkan sama kedodolanku semasa kecil haha. Cerita lengkap pertualanganku sama si kecil Willa udah aku tulis disini. Mungkin pengin tahu lebih lanjut hehehe.
Nah, akhirnya kita sampai di Gilingwesi, sebuah negeri fiktif ciptaan Yusi Avianto Pareanom dalam buku Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi. Ini buku yang sangat wow deh. Sama kayak Nawilla, aku penasaran sama buku ini gara-gara sering nongol juga di feed instagram-nya Post. Dan udah lama banget aku enggak baca novel kolosal hehehe. Dulu pernah baca beberapa novel kolosal tapi cerita pewayangan aja. Yang paling menarik dari buku ini adalah deskripsi makanannya. Bayangin aja, aku baca waktu Raden Mandasia memotong-motong sapi dan menjelaskan bagian demi bagian daging enaknya dimasak dengan cara apa saja, aku baca di kereta dalam perjalanan dari Bandung ke Bogor dan dalam keadaan lapar. Syukurlah sampai rumah disambut semur dagingnya Ibu hehehe. Eh, tapi bukan soal makanan aja yang menarik, petualangan Raden Mandasia dan Sungu Lembu, juga pertarungan-pertarungan mereka semuanya epik. Enggak heran buku ini berhasil menang Kusala Sastra Khatulistiwa 2016. Aku bakal ceritain lebih banyak tentang kerennya buku ini nanti, di review-nya sendiri yang belum selesai-selesai juga hehehe.
Nawilla and Raden Mandasia |
Btw, petualanganku enggak berakhir di Gilingwesi lho. Di awal-awal Desember, aku diajakin temanku ke Zoe Cafe Library. Sebuah kafe yang juga punya perpustakaan dengan koleksi buku super woow. Dan aku menemukan harta karun disini: The Chronicles of Narnia! Aaah girang banget nemu buku ini walaupun kondisinya udah kusam. karena udah lama banget aku pengin baca Narnia. Akhirnya aku mulai rutin pinjem Narnia di Zoe dan sekarang udah sampai buku ketiga. Agak bingung sih sebenernya baca Narnia karena ada Publication Order dan Chronological Order, tapi aku bacanya berdasarkan urutan filmnya aja akhirnya. Btw, buku pertama cukup mirip dengan filmnya tapi aku justru lebih menikmati nonton filmnya deh kayaknya. Sementara pas baca buku keduanya, aku lebih semangat karena serunya lebih kerasa.
Yang spesial juga, tahun ini akhirnya aku resmi kenalan sama karyanya Pramoedya Ananta Toer. Baru dua yang dibaca, tapi itu sangat cukup untuk bikin aku ketagihan pengin segera melahap buku-buku Pak Pram yang lainnya, terutama tetralogi Pulau Buru. Sudah lama sih pengin banget baca karya-karya beliau, tapi selalu bingung harus mulai dari mana. Tapi akhirnya aku pilih Bukan Pasarmalam atas saran Bang Bara waktu iseng nanya lewat twitter, dan Mangir karena aku tertarik sama covernya, dan aku suka dua-duanya. Bukan Pasarmalam bikin aku pengin nelepon (tapi akhirnya cuma sms) Bapak setelah selesai baca, bikin perasaan hangat deh pokoknya. Sementara Mangir bikin aku inget waktu kecil suka ikut-ikutan Bapak nonton wayang orang padahal enggak ngerti, tapi kalau sekarang nonton lagi mungkin bisa lebih ngerti kali ya. Dua-duanya karya Pak Pram yang kubaca bikin kangen rumah deh, terutama Bapak. Enggak sabar mau mulai baca tetralogi Pulau Buru deh jadinya. Sebenernya udah pengin banget beli keempat buku tetralogi Pulau Buru, tapi bukunya cukup mahal yaah dan aku masih banyak keperluan lain yang penting jadi ditunda dulu :(
Buku terakhir yang bikin aku menghela nafas panjang setelah baca karena saking bagusnya adalah The Perks of Being a Wallflower karangannya Stephen Chbosky. Aku nonton filmnya yang dibintangi sama Logan Lerman, Emma Watson dan Ezra Miller sekitar dua tahunan lalu enggak jauh dari waktu rilisnya. Dan aku suka banget film itu, jadi aku beranggapan kalau aku juga bakal suka sama bukunya. Sayangnya, cari buku ini susaaah banget. Nyari di Gramedia dan Books&Beyond enggak dapet, sampai nitip sama temanku yang di Jakarta kalau-kalau dia ke Aksara atau Kinokuniya dan tetap enggak dapet. Akhirnya aku dapet buku ini dari Konyv Bookstore, aaah senang banget rasanya! Format penulisannya unik banget, seakan Charlie si tokoh utama menulis surat untuk kita tentang isi hatinya. Berasa dicurhatin hahaha. Dan tebakanku benar, aku suka banget buku ini! Semoga nanti bisa nulis review-nya juga deh, jadi bisa cerita lebih banyak hehe.
The Perks of Being a Wallflower | the best book I read this year (with A Monster Calls too) |
Selain novel, aku juga baca dua buku puisi dan dua-duanya karangan M. Aan Mansyur. Awalnya iseng sih, pas nemu Melihat Api Bekerja di iJak (aplikasi perpustakaan digital). Aku suka covernya dan penasaran juga pengin nyoba lagi baca puisi haha. Dan ternyata aku yang sama sekali enggak puitis ini bisa juga lho, suka sama karyanya Mas Aan. Terus ternyata Mas Aan juga bikin puisi-puisi untuk film AADC2, waah the man behind Rangga nih judulnya haha. Puisi-puisi yang dia buat untuk AADC2 ada di buku Tidak Ada New York Hari Ini yang juga udah kubaca. Tapi aku masih lebih suka puisi-puisinya yang di Melihat Api Bekerja. Selain itu, aku juga beli kumpulan cerpennya Mas Aan yang berjudul Kukila. Tapi sayangnya aku kurang bisa menikmati cerita-cerita pendeknya Mas Aan daripada puisi-puisinya.
Aku juga baca komik doong pastinyaaa. Enggak banyak karena aku lagi kurang mood baca komik yang on going. Aku cuma baca beberapa nomor dari Yotsuba&! (dibacanya Yotsubato) dan Hai Miiko secara berulang-ulang aja hahaha. Komik-komik yang kata temanku 'komik bocah' ini tuh menghibur banget lho, jangan salah. Aku termasuk orang yang gampang bete, perjalanan pulang kantor yang panjang banget salah satunya yang bikin bete. Dan komik-komik inilah penyembuh kebeteanku ahaha. Jadi, buat orang-orang dewasa di luar sana yang suka merendahkan komik, please hilangkan pikiran sempit itu. Justru komik-komik sederhana beginilah yang bikin hati hangat dan kadang ngasih banyak pelajaran hidup. Tsaah.
some of my favorite manga |
Jadiii, yah begitulah perjalanan ini aku akhiri. Aku cukup bangga dengan bacaanku yang cukup beragam tahun ini. Dari fantasi, kontemporer, puisi, kolosal, historical, mental illness sampai yang baca buat happy-happy juga semuanya ada. Walaupun tetap didominasi sama fantasi yaa hehe. Karena memang fantasilah genre yang paling paling paling aku suka dan paling jago menambah minat bacaku. Tapi aku punya pencapaian kali ini, karena aku berhasil baca buku-buku dari penulis yang karyanya belum pernah kusentuh sebelumnya, juga genre-genre yang biasanya agak susah bikin aku ngelirik. Dan syukurlah, aku suka.
Semoga tahun depan bacaanku juga bisa lebih beragam lagi, walaupun mungkin tetap enggak bisa jauh-jauh dari fantasi. Tapi aku penasaran pengin banget nyoba baca seri sastra klasik dunia, semoga bisa segera terwujud deh yaa.
image from here |
Love,
Eya
Seru perjalanannya, gado-gado juga bacaanya 😁
ReplyDeleteIyaa tahun kemarin gado-gado banget bacaanku, penginnya tahun ini juga lebih beragam haha
Deleteaku juga suka miiko, koleksiku lengkap hahahaha
ReplyDeletewaaw koleksiku enggak lengkaap banyak yang masih kelongkap :((
DeleteWaaah kamu baca puisi juga yaaaa :D. Aku msh blm bisa nikmatin puisi mba :D. Ntahlaaah, buku tipis tapi kalo udh ttg puisi bisa lamaaaaa bgt tamatnya. Antara aku ga ngerti, dan bacanya jg jd ga semangat.
ReplyDeleteGenre buku fav ku sbnrnya Misteri. Kalo udh terkait pembunuhan dan investigasi, naaah suka deh aku :D. Fantasy sbnrnya doyan juga, tp ga semua. Kayak harpot aku suka bangettttt. Tapi nth kenapa Serial Narnia kok ga dapet yaaa feel-nya. Ntahlaaah -_- .
Aku baca link ttg artikelmu ini dr postingan lama yg mba Eno bikin :D. Jd penasaran baca tulisan2 lama temen2 yg lain