Berapa kali mau beli buku
ini tapi entah kenapa malah belinya yang lain terus. Pas akhirnya kesampaian
beli, dan mulai baca, nyeseeelll kenapa nggak dari kemarin-kemarin aja beli
buku sebagus ini?! Malah ngabisin uang buat beli beberapa buku yang akhirnya
nggak bikin excited bacanya hiks. Okay yang lalu biarlah berlalu, yang penting udah
kebeli dan udah dibaca.
“My name is August. I won’t
describe what I look like. Whatever you’re thinking, it’s probably worse.”
Bercerita tentang August Pullman
yang terlahir dengan mandibulofacial dysostosis, yaitu kelainan yang membuat susunan
wajahnya berantakan. Umurnya baru sepuluh tahun tapi dia sudah menjalani begitu
banyak operasi yang nggak banyak mengubah bentuk wajahnya. Sejak kecil, Auggie sudah terbiasa dengan pandangan orang-orang yang ditemuinya di jalan. Tapi walaupun begitu, Auggie kecil selalu merasa bahwa dirinya sama seperti orang-orang normal pada umumnya.
Kita akan diajak
mengikuti keseharian Auggie yang meginjak kelas lima di sekolah barunya Beecher
Prep, setelah sebelumnya Auggie hanya belajar di rumah bersama ibunya. Tentu aja
nggak mudah buat Auggie beradaptasi di sekolah barunya. Dengan kondisi
wajahnya, kebanyakan anak-anak di sekolah lebih memilih untuk nggak dekat-dekat
dengannya. Cuma ada dua orang yang nggak keberatan bergaul dengan Auggie. Yang pertama
adalah Jack Will, anak laki-laki yang sekelas dengannya dan salah satu dari
tiga anak yang diminta kepala sekolah, Mr. Tushman untuk mengajak Auggie
berkeliling sebelum sekolah dimulai. Yang kedua Summer, seorang anak perempuan
yang memilih duduk bersama Auggie di kantin saat nggak ada satupun anak yang
mau semeja dengan Auggie.
Pengalaman aku baca novel
berbahasa Inggris masih di level tiarap, jadi awalnya aku agak pesimis bisa cepat
menyelesaikan Wonder. Eh ternyata bahasa yang dipakai ringan dan mudah
dimengerti karena yang ‘bercerita’ disini adalah Auggie yang baru berusia
sepuluh tahun. Salut banget karena R.J. Palacio berhasil banget menerjemahkan
bahasa dan pikiran anak kelas lima SD ke dalam tulisannya. Begitu juga sewaktu
cerita beralih dari sudut pandang orang-orang terdekat Auggie. Aku sama nggak
mengalami kesulitan buat memahami isi hati Via—kakak Auggie atau Summer, Jack,
Justin—pacar Via, dan Miranda—sahabat Via yang sangat menyayangi Auggie.
Karakter-karakter di buku
ini juga bikin kagum. Auggie dengan keceriaan dan kebaikan hatinya, walaupun
banyak yang membicarakannya di belakang atau bahkan jahat ke dia. Kita bakal dibuat
sayang sama Auggie selama cerita berjalan. Aku rasanya beberapa kali pingin
meluk Auggie dan pingin jewer kupingnya si bandel Julian. Aku kagum banget sama
orangtua Auggie yang sayaang banget ke anak bungsunya ini. Aku juga bisa ngerti
Via yang kadang bete karena merasa tersisihkan karena orangtuanya kadang lebih
memperhatikan Auggie, tapi dia tetap sayang ke Auggie. Dan aku paling suka
bagian Jack. Walaupun dia sempet nggak sengaja bikin Auggie sakit hati,
tapi di hatinya yang terdalam dia seneng bisa berteman sama Auggie.
Oh ya, karena buku ini
juga aku jadi sadar kalau menatap orang yang ‘berbeda’ terlalu lama itu nggak
baik. Kadang aku nggak bisa menahan diri buat nggak memperhatikan lebih lama
orang yang terlihat ‘berbeda’. Nggak baik, karena itu bisa menyakiti hatinya
atau membuatnya semakin merasa nggak percaya diri. Bukan keinginan mereka juga
untuk terlihat seperti itu kan? Bete juga kan, kalau kita diperhatikan terlalu
lama sama orang lain?
Rasanya aku pingin semua
orang di dunia baca buku ini. Aku udah beberapa kali ceritain soal buku ini ke
temen-temenku dan seneng banget karena beberapa dari mereka tertarik buat baca
juga. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari buku ini.
"Kinder than is necessary. Because it's not enough to be kind.
One should be kinder than needed."
Love,
Eya
Post a Comment