Dari The Journalist Kita Belajar...

Wednesday, February 2, 2022


…kalau politik itu mengerikan.

Wkwkwk mohon maap judulnya. Mau ngingetin aja kalau kita bisa belajar bukan cuma dari influencer yang kadang suka blunder juga tapi bisa juga dari dorama 😊

Kalau kemarin buat Doramatalk udah ngomongin drama yang cukup ringan, sekarang drama yang mau aku bahas nih agak berat. Temanya, seperti yang udah aku singgung di atas, tentang politik. Lebih spesifiknya lagi, the corrupt ones.

Well we already know kalau politik itu memang mengerikan. Tapi setelah nonton The Journalist atau judul Jepangnya Shinbun Kisha, aku semakin merasa politik itu mengerikan, bukan cuma dari mata kita-kita orang luar aja.

Even buat orang-orang yang menjadi pion-pion di dalam dunia politik itupun, politik tuh mengerikan.


What The Story is About

The Journalist diadaptasi dari film berjudul sama, digarap oleh sutradara yang sama juga, Bapak Fujii Michihito, tapi dengan pemain yang beda dan tentu saja karena jadi series berjumlah enam episode, ceritanya juga pasti mengalami perkembangan yaa.

Aku belum nonton filmnya sih tapi HAHAHAHA!

Sekilas info, kata yang udah nonton keduanya (film dan series), ini enggak saling berkaitan yaa. Karena filmnya enggak ada di Netflix, kalau mau nonton seriesnya aja bisa banget walaupun belum nonton filmnya, kayak aku wkwkwk.

salah satu shot cakep di The Journalist

Konflik di The Journalist ini berasal dari seorang wartawan yang menginvestigasi skandal penjualan lahan yang melibatkan Perdana Menteri Jepang dan istrinya. Lebih ke istrinya sih, yang terlibat secara langsung.

Mungkin sekilas kayak, hah penjualan lahan aja kok bisa jadi skandal? Soalnya lahan yang dijual ini harganya bisa jadi sangat murah cuma karena hubungan pribadi si pembeli dengan keluarga Perdana Menteri. Semacam ada abuse of power lah istilahnya di sini.

Dan demi menutupi keterkaitan keluarga Perdana Menteri dengan skandal ini, tentu saja kroco-kroconya harus bergerak sedemikian rupa buat menghilangkan bukti-bukti.

Di sini nih, kita bisa lihat sejauh apa para pejabat-pejabat itu menggunakan power mereka buat nyusun kebenaran yang sesuai dengan keinginan mereka. Yang namanya menyuap, mengancam, sampai cari-cari kesalahan orang terus disebarkan lewat media (uhuk buzzer uhuk) bisa dilakukan. Dan tanpa merasa itu salah pula.

Enggak ada tuh mereka peduli sama rakyat. Yang penting nama mereka bersih dan hidup mereka nyaman sejahtera πŸ’†‍♀️

*kemudian di depan rumah ada tukang nasi goreng* πŸ˜‚πŸ˜‚

Di sinilah kita diperkenalkan kepada karakter utama di The Journalist, Matsuda Anna (Yonekura Ryoko) seorang wartawan dari Koran Harian Toto, orang yang paling keukeuh menginvestigasi skandal ini.

Matsuda enggak peduli dia dikata-katain di media sosial, ditahan sama bosnya sendiri, dibilang orang munafik sekalipun, dia cuma mau mengungkap kebenaran dibalik skandal itu. Kerja keras Matsuda juga supaya orang-orang yang dipaksa terlibat untuk bisa berani bersuara dan mendukung supaya skandal ini bisa diusut sampai tuntas.

Menjadi suara bagi orang-orang yang enggak bisa bersuara.

Ah, beneran deh, buat aku The Journalist ini series original Netflix paling bagus. Dari pas baru nonton dua episode aja udah langsung jadi favoritku. Yes, sebagus itu. Aku sampai kesel kenapa selain Netflix Jepang kok enggak ada yang promosiin secara proper?


The Characters

Salah satu hal penting yang bikin The Journalist jadi drama yang bagus banget menurut aku adalah para karakternya. Tentu saja ini berkat para aktor yang memerankan karakter mereka dengan kualitas akting yang sangat bagus, juga pasti berkat arahan Dir. Fujii juga yaa berarti mereka bisa memahami karakter yang mereka perankan.

Rasanya pengin kirim buket bunga ke mereka wkwkwk.

Jadi aku mau bahas tiga karakter utama di The Journalist, ditambah 2 karakter pendamping yang menurutku juga penting.

Matsuda Anna.
Menurut aku yaa Matsuda Anna tuh mirip banget sama Mbak Nana (Najwa Shihab) tiap lagi mengorek informasi wkwk. Keukeuh sama pertanyaannya yang cerdas itu lho!

Matsuda tuh beneran ngotot banget kalau lagi ngorek informasi. Setiap juru bicara pemerintahan ngadain konferensi pers, dia hampir enggak pernah berhenti ngangkat tangan untuk bertanya. Dibilang waktu udah habis juga, kadang dia masih ngotot nanya kalau pertanyaan dia belum terjawab.

Tiap adegan konferensi pers selalu ngakak lihat juru bicara pemerintah tuh kayak capek sendiri tiap lihat Matsuda ngangkat tangan wkwkwk kagak kasihan tapi, siapa suruh bikin orang bertanya-tanya.

Yang aku suka, Matsuda tuh bukan yang selalu tangguh sampai enggak bisa kesentuh apa-apa gitu lho. Dia memang terbiasa sampai bisa enggak peduli sama caci maki di media sosial, tapi senengnya kita tetep bisa lihat Matsuda yang lagi capek atau hampir putus asa tuh kayak gimana. Jadinya kita bisa ikut bersimpati sama emosi yang dirasakan Matsuda, bukan cuma sekedar terkagum-kagum karena karakternya dia keren.

Matsuda juga peduli banget sama orang-orang sekitarnya. Ada satu adegan kecil yang aku suka banget, pas Matsuda nyampe kantor, dia lihat rekannya tidur di meja setelah semaleman nginep di kantor nyiapin bahan-bahan buat investigasinya dia, terus sama Matsuda dikasih selimut dan kerjaannya langsung dilihat huhu.

Dan Yonekura Ryoko tuh dari penampilan aja udah kelihatan tangguh yaa, jadi cocok banget dia meranin Matsuda. Auranya itu lhooo wkwkwk.



Murakami Shinichi.
Sekretaris dari Ibu Perdana Menteri (atau lebih sering disebut sebagai Ibu Negara). Pokoknya segala yang berurusan sama Ibu Negara tuh Murakami deh yang ngurus, termasuk soal deal-dealan sama orang-orang yang berkaitan sama skandal yang melibatkan bosnya.

Murakami masuk politik sejak dari usia muda, prestasinya yang paling mencolok adalah jadi bagian dari perencanaan Olimpiade 2020, yang akhirnya berhasil bikin karirnya melesat sampai diangkat jadi sekretaris Ibu Negara.

Sayangnya pekerjaan yang menyejahterakan dia di awal enggak bersahabat sama dia sampai akhir. Waktu skandal diusut, enggak ada tuh Ibu Negara berusaha buat melindungi dia, yang ada dia dinonaktifkan dari pekerjaannya sebagai sekretaris dan malah dipindah ke Kantor Intelijen dan Penelitian Kabinet, yang mana isinya yang aku sebut di sinopsis tadi, yang kerjaannya mengumpulkan ‘data’ orang-orang yang enggak sejalan sama pemerintahan.

Nah, kerjaannya Murakami ini termasuk ngurusin buzzer buat ngeramein media sosial pas ada orang-orang yang ‘mencampuri urusan’ para petinggi πŸ€ͺ

Dan seperti biasa, enggak pernah kecewa sama aktingnya Ayano Go! Dia nih memang dikenal selalu total yaa kalau berakting, kayak kalau diminta buat ganti penampilan ya dia bakal ganti penampilan demi peran gitu!

Dan di sini tuh kelihatan bangeeett!!

Jadi Murakami tuh memang sejak awal ada keraguan sama apa yang dia kerjakan, apakah dia ada di jalan yang benar atau salah. Dan semakin bertambahnya episode, kita juga dilihatin gimana Murakami semakin merasa bersalah sama apa yang pernah dia kerjakan.

Ini tuh kelihatan banget dari muka Murakami yang masih cerah di episode pertama (dan lebih cerah lagi waktu di flashback) sampai Murakami yang udah masuk fase depresi, sampai kurus banget kelihatan dari kakinya aja.

Sebelum The Journalist tayang, drama terakhirnya Ayano Go adalah Avalanche yang banyak adegan berantem dan dia di situ badannya cukup bulky. Tapi syuting The Journalist ini katanya lebih duluan dari Avalanche. Jadi aku pusing sendiri bayangin dia ngurusin badan buat The Journalist terus habis itu bikin badannya jadi bulky enough buat Avalanche πŸ˜”



Kinoshita Ryo.
Ryo adalah mahasiswa tingkat akhir yang lagi disibukkan dengan job hunting. Sehari-harinya dia kerja sambilan jadi pengantar koran, tapi mirisnya Ryo sama sekali enggak pernah baca koran πŸ˜‚ Bisa dibilang dia ini apatis dan enggak peduli sama keributan politik yang terjadi di negaranya.

Sering banget dia diledek sama temen-temen, sama bosnya di agen koran pun suka diomelin jangan keseringan baca berita lewat internet, banyak hoax wkwkwk. Too real emang πŸ™ƒ

Sampai suatu saat ada satu kejadian yang akhirnya membuka mata Ryo untuk lebih melek sama apa yang terjadi di sekitarnya. Dia pengin banget membantu dan ikut bersuara tapi sadar posisinya yang cuma rakyat kecil.

Karakter Ryo ini katanya enggak ada di film. Kalau menurut aku, keberadaan Ryo di sini tuh malah kayak mewakili kita-kita, masyarakat awam terutama yang enggak paham politik. Kayak sering kan kita kayak merasa ingin berpendapat, ingin didengar tapi enggak tahu harus ketemu siapa biar pendapat kita didengar.

Karena suara orang-orang kecil kayak kita tuh susah buat sampai ke para petinggi-petinggi itu kan?

Ryo diperankan dengan sangat baik oleh Yokohama Ryusei. Jujur yaa aku tuh selama ini memandang sebelah mata ke Yokohama Ryusei wkwk karena kenal dia dari drama yang eksekusinya kayak sinetron dan menurutku akting dia jelek gitu di situ. Dan kebiasaan, aku suka males ngikutin kalau memang first impressionnya enggak oke.

Sempat mikir juga kalau Yokohama Ryusei nih menang ganteng doang wkwkwk ya ampun fansnya jangan timpuk aku!

Dan ternyata dengan penampilannya di The Journalist membuktikan kalau dia more than wajah ganteng doang wkwkwk. Ternyata kalau cerita dan yang nge-direct bagus, yaa akting dia bisa bagus.

Paling suka pas adegan Ryo nganterin koran, di jalanan yang masih gelap dan kosong, terus dia nangis yang sampai teriak-teriak tapi adegannya dibikin enggak bersuara yang justru malah bikin emosinya Ryo lebih nyampe ke penonton.



Suzuki Mayumi.
Bu Mayumi adalah istri dari Suzuki Kazuya, salah satu pegawai Biro Keuangan yang disuruh memalsukan dokumen-dokumen yang membuktikan kalau keluarga Perdana Menteri terlibat dalam skandal penjualan lahan.

Enggak bisa nyeritain banyak soal karakter ini karena bakal jadi spoiler wkwk. Yang aku lihat Bu Mayumi tuh sayang dan peduli banget sama suaminya. Saking sayangnya, dia enggak berani mencampuri urusan kantor kalau bukan suaminya sendiri yang milih buat cerita.

Diperankan oleh Terajima Shinobu, yang berhasil banget bikin aku ikutan pengin nangis tiap si Ibu muncul. Terutama di episode dua di mana adegan yang melibatkan Bu Mayumi tuh beneran heartbreaking banget. Dan si Tante tuh aktingnya beneran bagus banget pas di situ, apalagi adegannya sengaja dibikin tanpa suara, tapi dari ekspresinya tuh ugh!!



Yokokawa Mayu.
Temannya Ryo di agen koran, sama-sama kerja sambilan nganterin koran. Mayu nih kelihatan sebagai seorang perempuan yang percaya diri. Dia tahu dia punya kemampuan dan cukup yakin dengan masa depannya.

Aku suka banget sama interaksinya Mayu dan Ryo! Dan karena mereka manggil masing-masing udah pakai nama (bukannya nama keluarga) jadi aku rasa mereka memang akrab banget.

Mayu tuh yang akhirnya ngajarin Ryo baca koran, dan yang pertama ngasih tahu Ryo soal Matsuda Anna. Kadang anaknya main asal nyerocos aja dan enggak sadar omongannya bikin kesel orang lain, tapi dia aslinya baik banget sih ke Ryo.

Terus kenapa aku masukin Mayu buat dibahas di sini sih karena apa yang dia alamin di episode terakhir tuh kayak hits too close to me gitu hahaha. Kayak walaupun kejadiannya agak beda, tapi aku ngerti banget sama apa yang dirasain Mayu.

Lihat adegan dia nangis di bus rasanya pengin duduk di sebelahnya dan nangis bareng 😭😭😭

Diperankan oleh Ono Karin, yang sebelumnya enggak pernah menarik perhatianku wkwk. Paling ngeh dia di Daddy is My Classmate sih tapi karakternya aku enggak terlalu suka, beda banget tentunya sama di sini. Chemistry-nya sama Yokohama Ryusei bagus banget, kayak beneran temen akrab aja gitu. Lowkey agak ngeship Ryo dan Mayu juga hahaha.



Favorite Scene

Tentu saja aku punya scene-scene favorit doong di drama ini! Selain yang udah aku sebut pas ngebahas para karakter di atas yaa... Dan supayanya enggak spoiler banget, aku kasih sedikit aja wkwkwk.

  1. Scene flashback Matsuda Anna dan kakaknya, Matsuda Kohei makan malem bareng. Hangat aja gitu lihatnya kakak-adik makan bareng merayakan si kakak naik pangkat di kantornya.
  2. Every scene of Murakami with his family! Kayak jarang aja gitu lihat Ayano Go memerankan seorang ayah. Interaksi dia sama anak-anaknya tuh gemesin, dan karena selama ini tahunya Ayano Go tuh orangnya hangat dan nyenengin, kayaknya memang dia kalau punya anak bakal kayak gitu juga huhuhu (who knows yaa wkwk).
  3. Setiap obrolan Ryo sama Mayu. Mereka nih banyaknya ngobrol kayak santai tapi yang mereka obrolin tuh deep gitu. Tiap habis ngobrol udahnya kayak jadi mikir. Terutama pas mereka ngobrol di rumahnya Ryo habis kejadian yang dialamin Mayu yang tadi aku sebut. Heuuu~
  4. Waktu Murakami meledak di depan atasannya saking udah enggak kuatnya hidup dengan semua rasa bersalah yang menghantui dia.
  5. Obrolan Murakami sama istrinya, that “aku cuma mau lihat kamu bahagia, apapun jalan yang kamu ambil.” πŸ₯Ί



Beautiful Shots

Karena sutradara The Journalist, Fujii Michihito ini lebih sering bikin film daripada drama, dan kayaknya budget untuk drama ini juga cukup besar, sinematografinya pun standarnya kayak film. Banyak deh shot-shot dari jarak jauh, terutama penampakan kota Tokyo di malam hari yang bikin ingin memuji Pak Sutradara hahaha.

Selain shot jarak jauh atau landscape kota, aku juga suka setting ruangan atau rumah yang ada di sini. Menurutku sangat menggambarkan para karakternya juga. Salah satunya kamarnya Matsuda Anna! Sumpah aku suka banget sama kamarnya Matsuda wkwkwk. Kelihatan kayak kamarnya orang sibuk gitu, yang banyak buku dan kertas numpuk tapi bukan karena berantakan, karena emang barang-barang itu lagi dipakai aja.

Atau kayak ruangan kerjanya Murakami setelah dipindahin posisinya. Cuma kubikel-kubikel yang penuh orang kerja, tapi kerasa aja itu ruangan serem wkwkwk.

Ini aku kasih spoiler shot yang cakep-cakep yaa dari The Journalist yaa...


πŸ€

Yak begitulah cuap-cuap kali ini wkwkwk. Sumpah aku tuh masih kesel karena sampai sekarang promosinya The Journalist tuh enggak banyak, padahal ini dramanya bagus bangeeeet argh!

Btw kebetulan tanggal 31 Januari kemarin berkesempatan ikutan ngobrol di Space yang diadain sama salah satu teman di Twitter. Space-nya tuh ngobrol-ngobrol apa tontonan yang menarik seminggu ke belakang, terus aku ngomongin soal drama ini dan seneng banget ternyata ada yang ikutan Space itu dan nonton juga! Seseneng itu emang ketemu sesama penonton tuh wkwkwk πŸ₯°

Buat yang baca review aku ini, aku berharap banget kalian mau nonton The Journalist hahaha. Tersedia di Netflix cuma enam episode kok enggak banyak-banyak 😝 Enam episode yang padat dan solid banget menurutku.

Mungkin temanya cukup berat karena bikin ikut mikir dan juga tegang karena nuansanya emang cukup thriller. Terutama bikin kesel sih wkwk... namanya juga tema politik yaa wajar banget kalau ditonton sambil ngomel-ngomel kan? Bakal terasa relate deh sama keadaan dunia gonjang-ganjing saat ini wkwk.

*kembali didatengin tukang nasi goreng*

Akhir kata, kayak lagi pidato aja yaa wkwk… nontonlah The Journalist guys, it’s worth your time I promise hahaha πŸ˜†

eya.

8 comments

  1. The Journalist ini masuk list tontonan yg rencananya mau kutonton setelah Japan Sinks dan Avalanche. Etapi kok ini malah nyangkut di Konto Ha Hajimaru. Wkwkwk.

    Kalau baca review Eya, kayaknya mesti siapin mental dan pikiran buat nonton The Journalist ini, ya... Kalau ga, kayaknya terancam bikin kening berkerut. Hahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mending dijeda kayaknya dari Japan Sinks Hichaa.. aku mau lanjutin Japan Sinks juga jadi kejeda soalnya sama-sama berat wkwkwk.

      Iyaa bener nih bikin kening berkerut-kerut dan hati nyess wkwkwk. Apalagi sebagai fans Ayano Go lihat dia makin kurus dari episode ke episode :((

      Delete
  2. *melipir ke Netflix untuk lihat trailernya karena shootnya kelihatan baguss* πŸ™ˆπŸ™ˆπŸ™ˆ
    Pokoknya kalau series tentang perselingkuhan atau politik atau kekerasan seksual tuh paling paling bikin ezmozi banget 😫😫😫
    Politik tuh ngeselin karena kita tahu tapi nggak berdaya buat memberantas kejahatannya gitu 😭 kan jadi kzl ya wkwk
    Btw, Kak Eya nonton dorama yang zombie-zombie itu nggak? Aku sempet nonton sekilas tapi itu zombienya malah lucu 🀣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cakep-cakep banget shotnya Lii, soalnya sutradaranya biasanya bikin film jadi udah pake standar film bikinnya πŸ˜†
      Apalagi bikin emosinya tuh karena relate banget sama keadaan di dunia beneran yaa, makanya sepanjang nonton bikin ikutan kebawa emoziii 😀😀 Nah itu ada dibahas juga nih, diwakilin sama karakternya Ryo yang berasal dari rakyet jelata wkwkwk

      Yang I Love You As The World Ends ya? Belum nonton karena memang zombie itu bukan tema favoritku πŸ™ˆ sama katanya emang dramanya ini agak kurang recommend wkwk, tapi malah masuk top10 di Indonesia mungkin karena zombie lagi naik daun yaa? πŸ˜‚πŸ˜‚

      Delete
  3. Wah shootnya sih cakep bener yaak. Alur cerita dan review kak Eya tuh selalu sukses bikin aku penasaran sama doramanya. Ini akan aku coba tonton juga deh setelah drakor-drakor yang aku ikutin kelar hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Frisca ayo ini ditonton, ini baguuuusss banget ahahaa setiap orang aku racunin nonton ini karena memang sebagus itu :)) cuma yaa sebaiknya siapin juga tontonan genre romcom atau yang ringan-ringan habis nonton ini, soalnya agak bikin puyeng sama sakit hati habis nonton hahaha

      Delete
    2. Iya nih, aku colek paksu dulu buat donlodin seriesnya huahahaha Maklum aku ga langganan netflix kak. #eh

      Delete
  4. Ngeliat Ayago akting bikin nagih ya kak.. semenjak kemarin kelar nonton MIU terus jadi kepo juga sama penampilan Ayago dengan kepribadian yg berbedaπŸ˜†

    Kayaknya aku belum pernah nonton drama ttg dunia politik deh. Cuman kalo diliat dari film yg pernah ku tonton, orang2 yg kerja di dunia hukum dan politik kayak gini tuh sepertinya harus siap mental dan gak takut mati ya😭

    Btw kak ini di setiap episode nyambung sampe ke episode terakhir kan? Bukan satu eps satu case?πŸ‘€

    ReplyDelete